By : Akhmad Arifin. Mahasiswa Fak. Biologi Unsoed 2011
Kisah ini bermula ketika aku baru saja melaksanakan OSPEK
Universitas Jenderal Soedirman.
Jalanan di depan kampusku memang terlihat sepi, tak seperti
jalanan sewaktu di kota SMA ku terdahulu. Begitu juga hatiku kala itu, Dunia
perkuliahan telah mengubah prinsip dan kebiasaan hidupku. Aku yg masih seperti
anak kecil, tak terasa telah menginjakkan kakiku di sebuah kampus di
Purwokerto, Universitas Jenderal Soedirman.
***********************************
Di sebuah selasar masjid kampus.
Lantunan Al Qur’an terdengar sayup-sayup merdu dari dalam
masjid, aku yg masih berada diluar masjid, membuka buah kakiku untuk sekadar
melaksanakan shalat dzuhur. Saat itu, saat pertama kalinya aku di perkenalkan
dalam bingkai ukhuwah, aku bertemu dengan salah seorang Mahasiswa yg ku
lihat pertama kali saat UKM Expo Ospek Universitas. Aku melihat diidentitas jaketnya,
dia tergabung dalam UKKI (Unit Kegiatan Kerohanian Islam). Pertama kali aku di
sambut di sebuah masjid kampus ini.
Aku memang telah meng-azzamkan bahwa aku harus berubah dari
dunia (yang boleh dibilang) kegelapan menuju yg “lebih terang”. Lalu aku sedikit
menyapanya;
“Assalamu’alaikum. Mas, mas anak UKKI ya?” Sapaku.
(UKKI adalah UKM yg bergerak di bidang dakwah kampus di kampusku)
“Wa’alaikumussalamwarahmatullahwabarakatuh. Iya. Ade namanya
siapa? Dari Fakultas apa?”. Jawabannya begitu lembut, santun penuh ukhuwah,
tangannya menjulurkan yg berarti mengajak bersalaman.
Subhanallah. Indahnya ukhuwah ini. (Dalam hatiku)
“Arifin dari Biologi, mas”. Kemudian dia sedikit
menjelaskan tentang dakwah di Kampus ini, aku di sarankan untuk masuk Lembaga
yg berada di tingkat Fakultas (LDF-Lembaga Dakwah Fakultas—red).
“Alhamdulilllah, saya juga dari Biologi. Boleh minta nomor
HandPhone-nya?”. Tanyanya. Lalu ku sebutkan beberapa digit angka yg ditulisnya
di telpon genggamnya.
Aku berpamit untuk bergegas meninggalkan masjid itu, setelah
ku ketahui, lelaki itu bernama Egy.
Semenjak saat itu, seringkali aku mendapati SMS Tausyiah
dari laki-laki itu. Aku semakin yakin untuk memasuki lembaga dakwah di
Fakultasku. Aku di pertemukan kembali dgn laki-laki itu sewaktu UKM Expo di
OSPEK tingkat Fakultas. Mulai dari situlah aku mengenal UKMI (Unit Kegiatan
Mahasiswa Islam). Aku berdecak kagum melihat beberapa laki-laki dan perempuan
sholihah yg terlihat indah mengenakan jilbab nya yg lebar itu.
***********************************
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan orang yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat ma’ruf, dan mencegah dari yang
mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran 104)
Berawal dari sebuah pencarian jati diri, pada dasarnya
hampir semua Unit kegiatan di Fakultasku, aku mendaftarnya. Dari mulai
Kerohanian, Pencinta Alam, Penelitian, Jurnalistik, English Club, dll. Hingga
nantinya aku dipertemukan dengan lingkungan yang baik. Hal itu adalah
kenikmatan yg luar biasa yg telah menjadi titik tolah sebuah perubahan
HidayahNya dan keindahan Islam.
Aku termenung,meratapi akan fokus dimanakah kegiatanku? aku
bertanya pada diriku sendiri, apa yg bisa kulakukan untuk Agamaku?? Apa yg bisa
kulakukan dan bagaimana aku bisa melakukannya? Karena untuk mewujudkan itu
semua tak bisa dengan pengorbanan yang biasa, tetapi membutuhkan pengorbanan yg
diluar kebiasaan. Sebuah elektron tidak akan berguna ketika ia tidak bergerak
keluar dari orbitalnya. Bergerak menuju arah yang lebih baik tentunya. Menjawab
kebingungan itu, aku sedikit berfikir mulailah dari diri sendiri, kemudian
amalkan dan tularkan kepada orang lain. Aku ber’azzam untuk masuk lembaga
dakwah.
***********************************
Akhir September, aku diharuskan mengikuti sebuah training
agar dinyatakan resmi menjadi anggota UKMI. Berbagai step telah aku lewati,
hingga akhirnya aku telah resmi menjadi anggota UKMI. Saat itulah pertama
kalinya aku mengenal Barisan Dakwah Tarbiyah, yg indah serta melejitkan
potensi.
Diperkenalkan pula aku pada salah satu pengajian khas
Tarbiyah, pengajian pekanan yg disebut Liqo. Saat pertama kalinya aku mengikuti
pengajian pekanan ini, aku di pertemukan dengan Guru(Murabbi)ku. Aku menyukai
model pengajian seperti ini, karena disitulah ditemukan indahnya ukhuwah,
saling mengingatkan dalam segala hal kebaikan dan kebenaran. Setiap pekan,
selalu dipertanyakan amal-yaumi (Ibadah harian).
Mulai dr situlah, aku mengenal sedikit lebih jauh tentang
Indahnya Tarbiyah. Dakwah telah mengubah kehidupanku yg sebelumnya acuh tak
acuh terhadap segala permasalahan kampus, menjadi sedikit tidak apatis.
Ternyata di sini, di dalam barisan dakwah ini, kehidupanku
berbalik seratus delapan puluh derajat. Di sinilah akhirnya aku menemukan teman
yang bersahabat, yang mau menemaniku, yang mau berbagi denganku. Mereka
menerimaku apa adanya, mereka membantuku saat aku dalam kesulitan, menghiburku
saat aku sedih, mengajakku ke kantin saat istirahat, bahkan mengundangku
berkunjung ke rumah mereka. Mereka ada, bukan hanya sekedar guratan di dalam
otakku, dan merekalah yang membuat hidupku lebih berarti.
Satu semester telah kulalui di kampus biologi ini, satu
semester pula aku tergabung dalam lingkaran tarbiyah penuh ukhuwah, UKMI. Saat
itu memang tengah melaksanakan Oprec Pengurus. Aku iseng mendaftarnya. Amanah
pertamaku berada dalam Brigade Kaderisasi. Saat pertama kali-lah, ghirah ku
tengah membara, bak api yang baru saja disiram oleh bensin, membulak tanpa
kenal lelah jemu.
Semenjak itulah, aku sedikit berkontribusi di lingkaran tarbiyah
ini, dari mulai perekrutan hingga penjagaan. Aku sangat senang berada di
departemen ini, Mas’ul yg baik, bijaksana serta berpegang teguh diatas
manhajNya. Dinamika dakwah di departemen ini sangat terasa, bahkan aku kagum
karena saudaraku memiliki semangat jihad yang sangat tinggi. Ibarat diesel,
kala itu aku hanyalah sebuah proses pemanasan. Ibarat proses transkripsi, aku
berada di tahap inisiasi.
Kumulai lagi episode hidupku, labirin kehidupan tak ubahnya
berjalan seiring perubahan waktu. Aku menyadari bahwa memasuki lembaga dakwah
adalah suatu hal yg baru yang ada pada diriku, dalam otakku pun tak pernah
terbersit jikalau nantinya aku berada di dalam jama’ah ini. Namun Sang
Sutradara kehidupan telah menggoreskan tintaNya, bahwa aku harus berada disini,
dijalan ini, karena pada hakikatnya bukan lah kita yg memilih taqdir, tapi
taqdir yang telah memilih kita.
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin,
baik diri maupun harta mereka dgn memberikan Surga untuk mereka. Mereka
perperang di Jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, sebagai janji
yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yg
lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dgn Jual beli yg telah
kamu lakukan itu, dan demikian itu lah kemenangan yang Agung” QS At Taubah 111
Karena aku tau, inilah jalan terbaik dari Allah, Meski aku
tau, jalan yang kutempuh ini tak mulus, jalan ini penuh onak duri, aral
rintangan, ranjau dan bebatuan terjal.Akan tetapi, aku sangat yakin bahwa
inilah skenario kehidupan dari Sang Sutradara, jalan yang dijanjikan surga,
serta jalan yang mendapatkan jaminan dari Sang maha Segalanya.
Mustafa Masyhur dalam Fiqh Dakwah menyampaikan :
“Jalan dakwah tidak ditaburi bunga-bunga yang harum baunya,
tetapi merupakan jalan yang sukar dan panjang. Sebab antara yang haq dan bathil
ada pertentangan yang Nyata. Dakwah memerlukan ketekunan dan kesabaran memikul
beban berat. Dakwah memerlukan kemurahan hati, pembenaran dan pengorbanan tanpa
mengharapkan hasil yang segera, tanpa putus asa dan putus harapan. Yang diperlukan
adalah usaha dan kerja keras terus menerus dan hasilnya diserahkan kepada
Allah”
Sahabatku….
Jika kita terlahir bukan untuk menjadi pemenang atas
pertarungan ideologi demi meraih peradaban yang hakiki, lantas untuk alasan apa
kita lahir ke bumi ini? Bukankah kita dilahirkan sebagai pemenang? Bukankah
kita dilahirkan untuk berjuang meraih kemuliaan dan kegemilangan umat di atas
panji Islam, diatas Al-Qur’an dan as-Sunnah??
Sungguh jika suatu hari Khilafah tegak kembali, air mata
kita pasti akan jatuh berlinang, hati kita akan riang tiada terperi karena
perjalanan yang telah dititi. Perjuangan inilah yang akan menjadi kado amalan
yang akan kita banggakan dihadapan Allah swt kelak, yaitu ketika di yaumil
akhir nanti, Allah SWT brtanya kepada kita :
“Wahai fulan/fulanah, apa yang telah engkau lakukan di dunia
sehingga Aku harus memasukanmu ke SyurgaKu?”
tentu kita semua berharap bisa berucap dengan penuh rasa
bangga, air mata kita jatuh berlinang penuh cinta,
segala penderitaan yang kita alami di dunia lenyap seketika,
karena balasan yang akan diberikan Allah swt kepada kita, sungguh jika saat itu
tiba, kita memohon kepada Allah swt agar kita bisa berucap lirih :
“Duhai Allah.. telah ku jadikan hidupku sebagai pengabdian
kepada-Mu, telah kujadikan islam sebagai agama dan sistem hidupku, telah
kujadikan Muhammad sebagai kekasihku dan suri teladanku, telah ku jadikan
Al-Qur’an petunjuk dan pedoman hidupku, dan telah ku jadikan hidupku sebagai
perjuangan kepada umat-Mu, inilah persembahan terbaikku, terimalah perjuangan
hamba-Mu, ya Rabb..”
Seseorang bertanya ” Mengapa perjuangan dakwah itu pahit?”
“Karena Surga itu manis…”
Inilah Jalanku, Inilah jalan panjangku, izinkan aku berada
di Jalan cinta para pejuang, berada di Jalan dakwah penuh cinta……
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar disini :